Catatan Menjelang Ujian Nasional
(Bagian Pertama)
SDIT NURUL HUDA PURBALINGGA, Selasa(30/4/2013)- Sesuai dengan kalender pendidikan, Ujian Nasional tingkat SD tahun pelajarn 2012/2013 akan dilaksanakan pada tanggal 6, 7, dan 8 Mei 2013. Berarti hanya tinggal 6 hari lagi para siswa level VI SDIT Nurul Huda Purbalingga akan melaksanakan ujian tersebut. Berikut ini catatan saya tentang berbagai hal yang terjadi dalam persiapan siswa level VI.
Kamis tanggal 12 Juli 2012 secara resmi 20 siswa level VI mulai melaksanakan dan mengikuti proses pembelajaran di Tahun Pelajaran 2012/2013. Pada hari itu pula, saya mulai melaksanakan tugas dan amanah yang diamanahkan kepada saya sebagai wali level VI. Di samping itu ada tugas dan amanah lain yang tidak kalah beratnya, yaitu sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan.
Sebuah tugas dan amanah yang sangat berat, yang sebenarnya tatkala ditunjuk oleh managemen SDIT Nurul Huda, saya berkali-kali menolaknya. Karena saya sadar, bahwa tugas dan amanah tersebut adalah tugas dan amanah yang sangat berat yang kelak akan dimintakan pertanggungjawabannya di hadapan Alloh SWT. Sungguh! Tugas dan amanat yang sangat berat untuk dilaksanakan.
Terlebih, sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan yang merangkap sebagai wali level VI diberikan amanah untuk mempersiapkan dan mengantarkan para siswa level VI agar dapat berprestasi dalam Ujian nasional (UN) Tahun Pelajaran 2012/2013. Ditambah lagi bukan hanya berprestasi dalam bidang akademik semata, namun juga harus ditopang dengan peningkatan akhlak, budi pekerti, dan karakter sholeh dan sholehah pada diri mereka. Bukan tugas dan amanah yang ringan.
Dengan mengharap ridlo Alloh Swt, tugas dan amanah tersebut akhirnya saya terima dan mulai saya laksanakan, tentu saja dengan dukungan dan suport dari managemen dan rekan-rekan guru.
Dengan target yang berat, berbagai langkah dan upaya diprogramkan dan dilaksanakan agar target yang telah dicanangkan tercapai dengan baik dan maksimal. Langkah dan upaya yang telah diprogramkan dan dilaksanakan di level VI antara lain pembelajaran reguler, injury time, extra time, mentor sebaya, tutor sebaya, study club, study morning, mabimbel, dan sederet program lainya. Selain itu, dilaksanakan juga program-program yang bersifat melatih kedisiplinan para siswa.
Pada dasarnya, saya menyadari bahwa program dan upaya tersebut terasa cukup berat untuk dilaksanakan oleh para siswa level VI. Hal tersebut saya ketahui dari berbagai reaksi penolakan atas dilaksanakannya program tersebut. Reaksi penolakan tersebut datang bukan hanya dari para siswa level VI saja, namun juga datang dari para orangtua/wali siswa. Lebih dari itu, reaksi juga datang dari beberapa staf guru. Bahkan reaksi penolakan tersebut akhirnya menjadikan konflik yang cukup serius.
(Bersambung, insya Alloh)
(Bagian Pertama)
SDIT NURUL HUDA PURBALINGGA, Selasa(30/4/2013)- Sesuai dengan kalender pendidikan, Ujian Nasional tingkat SD tahun pelajarn 2012/2013 akan dilaksanakan pada tanggal 6, 7, dan 8 Mei 2013. Berarti hanya tinggal 6 hari lagi para siswa level VI SDIT Nurul Huda Purbalingga akan melaksanakan ujian tersebut. Berikut ini catatan saya tentang berbagai hal yang terjadi dalam persiapan siswa level VI.
Kamis tanggal 12 Juli 2012 secara resmi 20 siswa level VI mulai melaksanakan dan mengikuti proses pembelajaran di Tahun Pelajaran 2012/2013. Pada hari itu pula, saya mulai melaksanakan tugas dan amanah yang diamanahkan kepada saya sebagai wali level VI. Di samping itu ada tugas dan amanah lain yang tidak kalah beratnya, yaitu sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan.
Sebuah tugas dan amanah yang sangat berat, yang sebenarnya tatkala ditunjuk oleh managemen SDIT Nurul Huda, saya berkali-kali menolaknya. Karena saya sadar, bahwa tugas dan amanah tersebut adalah tugas dan amanah yang sangat berat yang kelak akan dimintakan pertanggungjawabannya di hadapan Alloh SWT. Sungguh! Tugas dan amanat yang sangat berat untuk dilaksanakan.
Terlebih, sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan yang merangkap sebagai wali level VI diberikan amanah untuk mempersiapkan dan mengantarkan para siswa level VI agar dapat berprestasi dalam Ujian nasional (UN) Tahun Pelajaran 2012/2013. Ditambah lagi bukan hanya berprestasi dalam bidang akademik semata, namun juga harus ditopang dengan peningkatan akhlak, budi pekerti, dan karakter sholeh dan sholehah pada diri mereka. Bukan tugas dan amanah yang ringan.
Dengan mengharap ridlo Alloh Swt, tugas dan amanah tersebut akhirnya saya terima dan mulai saya laksanakan, tentu saja dengan dukungan dan suport dari managemen dan rekan-rekan guru.
Dengan target yang berat, berbagai langkah dan upaya diprogramkan dan dilaksanakan agar target yang telah dicanangkan tercapai dengan baik dan maksimal. Langkah dan upaya yang telah diprogramkan dan dilaksanakan di level VI antara lain pembelajaran reguler, injury time, extra time, mentor sebaya, tutor sebaya, study club, study morning, mabimbel, dan sederet program lainya. Selain itu, dilaksanakan juga program-program yang bersifat melatih kedisiplinan para siswa.
Pada dasarnya, saya menyadari bahwa program dan upaya tersebut terasa cukup berat untuk dilaksanakan oleh para siswa level VI. Hal tersebut saya ketahui dari berbagai reaksi penolakan atas dilaksanakannya program tersebut. Reaksi penolakan tersebut datang bukan hanya dari para siswa level VI saja, namun juga datang dari para orangtua/wali siswa. Lebih dari itu, reaksi juga datang dari beberapa staf guru. Bahkan reaksi penolakan tersebut akhirnya menjadikan konflik yang cukup serius.
(Bersambung, insya Alloh)
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan Menjelang Ujian Nasional
oleh : Ust. Hari Setiawan
(Bagian ke dua)
SDIT NURUL HUDA PURBALINGGA, Rabu(1/5/2013)- Dalam upaya mengemban dan melaksanakan tugas dan amanah yang dibebankan kepada saya sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta wali level VI, berbagai langkah diprogramkan dan dilaksanakan. Langkah dan program yang dilaksanakan tersebut antara lain pembelajaran reguler, injury time, extra time, tutor sebaya, mentor sebaya, study club, study morning, mabibel, dan coffe morning. Selain itu, dilaksanakan juga berbagai program yang berkenaan dengan sikap kedisiplinan.
Di samping itu juga dilaksanakan monitoring aktivitas belajar mereka ketika di rumah dalam bentuk monitor sebaya dan home visite. Semua langkah dan program tersebut dilaksanakan dimaksudkan untuk mendongkrak prestasi belajar para siswa level VI agar lebih meningkat.
Tidak lupa, program dan langkah untuk meningkatkan akhlaq, budi pekerti, kepribadian, dan karakter sholeh dan sholehah juga dilaksanakan.
Pada awal pelaksanakan langkah dan program tersebut, alhamdulillah berjalan dengan baik. Praktis tidak ada hambatan dan rintangan serius yang mengganggu jalannya program. Semua berjalan sesuai dengan rencana. Para siswa, guru, wali murid dan berbagai elemen lain saling bekerja sama dan bersinergi dalam mensukseskan pelaksananan program tersebut.
Namun ketika memasuki bulan September 2012, masalah mulai bermunculan. Masalah pertama yang timbul atas pelaksanaan program yang diikuti para siswa level VI datang dari para siswa level VI itu sendiri.
Para siswa merasa bahwa program yang dilaksanakan terlalu padat dan memerlukan energi, waktu, pikiran yang terlalu berlebihan. Apalagi ketika berada di level-level sebelumnya, mereka cenderung dimanjakan dengan berbagai program pembelajan yang memanjakan mereka. Akibatnya, mereka cepat mengeluh dan bahkan menolak ketika harus berada pada keadaan yang menuntut mereka untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih intens dan disiplin.
Salah satu bentuk penolakan atas pelaksanaan program yang diberlakukan di level VI adalah berkurangnya antusiasme mereka dalam mengikuti program yang dilaksanakan. Bahkan hampir setiap program dilaksanakan, selalu saja ada siswa yang absen. Bahkan tingkat absen para siswa tergolong sangat tinggi. Pernah terjadi pada pelaksanaan program hanya dihadiri oleh tujuh siswa. Bahkan pernah terjadi pada pelaksanaan program, yang datang hanya empat siswa saja. Padahal jumlah siswa level VI ada 20 siswa.
Dengan keadaan itu, nampaknya juga berakibat terjadinya konflik antar siswa. Diantara mereka saling tidak percaya dengan teman dalam satu level. Dampak yang timbul adalah sering terjadi perselisihan, percekcokan, dan bahkan perkelahian diantara mereka.
Melihat hal itu tentu saja sebagai wali level, saya kemudian mengambil dan melaksanakan langkah untuk meredakannya. Langkah yang saya ambil untuk meredakan keadaan yang tidak kondusif tersebut adalah melaksanakan bimbingan dan penyuluhan secara khusus kepada para siswa level VI.
(Bersambung, insya Alloh)
oleh : Ust. Hari Setiawan
(Bagian ke dua)
SDIT NURUL HUDA PURBALINGGA, Rabu(1/5/2013)- Dalam upaya mengemban dan melaksanakan tugas dan amanah yang dibebankan kepada saya sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta wali level VI, berbagai langkah diprogramkan dan dilaksanakan. Langkah dan program yang dilaksanakan tersebut antara lain pembelajaran reguler, injury time, extra time, tutor sebaya, mentor sebaya, study club, study morning, mabibel, dan coffe morning. Selain itu, dilaksanakan juga berbagai program yang berkenaan dengan sikap kedisiplinan.
Di samping itu juga dilaksanakan monitoring aktivitas belajar mereka ketika di rumah dalam bentuk monitor sebaya dan home visite. Semua langkah dan program tersebut dilaksanakan dimaksudkan untuk mendongkrak prestasi belajar para siswa level VI agar lebih meningkat.
Tidak lupa, program dan langkah untuk meningkatkan akhlaq, budi pekerti, kepribadian, dan karakter sholeh dan sholehah juga dilaksanakan.
Pada awal pelaksanakan langkah dan program tersebut, alhamdulillah berjalan dengan baik. Praktis tidak ada hambatan dan rintangan serius yang mengganggu jalannya program. Semua berjalan sesuai dengan rencana. Para siswa, guru, wali murid dan berbagai elemen lain saling bekerja sama dan bersinergi dalam mensukseskan pelaksananan program tersebut.
Namun ketika memasuki bulan September 2012, masalah mulai bermunculan. Masalah pertama yang timbul atas pelaksanaan program yang diikuti para siswa level VI datang dari para siswa level VI itu sendiri.
Para siswa merasa bahwa program yang dilaksanakan terlalu padat dan memerlukan energi, waktu, pikiran yang terlalu berlebihan. Apalagi ketika berada di level-level sebelumnya, mereka cenderung dimanjakan dengan berbagai program pembelajan yang memanjakan mereka. Akibatnya, mereka cepat mengeluh dan bahkan menolak ketika harus berada pada keadaan yang menuntut mereka untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih intens dan disiplin.
Salah satu bentuk penolakan atas pelaksanaan program yang diberlakukan di level VI adalah berkurangnya antusiasme mereka dalam mengikuti program yang dilaksanakan. Bahkan hampir setiap program dilaksanakan, selalu saja ada siswa yang absen. Bahkan tingkat absen para siswa tergolong sangat tinggi. Pernah terjadi pada pelaksanaan program hanya dihadiri oleh tujuh siswa. Bahkan pernah terjadi pada pelaksanaan program, yang datang hanya empat siswa saja. Padahal jumlah siswa level VI ada 20 siswa.
Dengan keadaan itu, nampaknya juga berakibat terjadinya konflik antar siswa. Diantara mereka saling tidak percaya dengan teman dalam satu level. Dampak yang timbul adalah sering terjadi perselisihan, percekcokan, dan bahkan perkelahian diantara mereka.
Melihat hal itu tentu saja sebagai wali level, saya kemudian mengambil dan melaksanakan langkah untuk meredakannya. Langkah yang saya ambil untuk meredakan keadaan yang tidak kondusif tersebut adalah melaksanakan bimbingan dan penyuluhan secara khusus kepada para siswa level VI.
(Bersambung, insya Alloh)
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan Menjelang Ujian Nasional
(Bagian ke tiga)
oleh : Ust. Hari Setiawan
SDIT NURUL HUDA PURBALINGGA, Kamis(2/5/2013)- Ujian Nasional (UN) tingkat SD/MI tinggal empat hari lagi. Telah diinformasikan pada kesempatan yang lalu bahwa Ujian Nasional tingkat SD akan dilaksanakan serempak pada tanggal 6, 7, dan 8 Mei 2013. Sebagai lembaga pendidikan tingkat dasar, SDIT Nurul Huda Purbalingga juga akan menyelenggarakakannya. Sebanyak 20 siswa level VI SDIT Nurul Huda dijadwalkan akan mengikuti ujian tersebut.
Berikut ini kelanjutan catatan saya berkenaan persiapan yang dilakukan menjelang Ujian Nasional dan problematikannya.
Sebagaimana telah saya ceritakan pada bagian ke dua, berbagai masalah dan problematika mulai bermunculan seiring mulai dilaksanakannya berbagai langkah dan program persiapan menuju Ujian Nasional pada tahun pelajaran 2012/2013 di SDIT Nurul Huda Purbalingga.
Masalah pertama yang timbul datang dari para siswa level VI sendiri. Sebagian dari mereka menolak melaksanakan dan mengikuti program yang diselenggarakan oleh sekolah. Akibatnya, terjadi konflik dintara mereka sendiri. Percekcokan, pertengkaran, bahkan beberapa kali terjadi perkelahian diantara mereka. Suasana benar-benar berada dalam situasi yang tidak terlalu kondusif.
Melihat hal tersebut, sebagai wali level VI saya mengambil langkah untuk memberikan motifasi secara khusus dalam bentuk bimbingan dan penyuluhan kepada mereka. Bimbingan dan penyuluhan tersebut dilakukan secara intens dalam setiap harinya. Para siswa level VI satu persatu saya berikan motifasi agar dapat mengikuti program-program pembelajaran yang diselenggarakan. Mereka juga diberi penjelasan sebab-sebab berbagai program tersebut diselenggarakan.
Namun tidak saya duga sebelumnya, bimbingan dan penyuluhan secara khusus kepada para siswa level VI tersebut mengundang reaksi dari sebagian orangtua/wali murid. Sebagian orangtua/wali murid merasa berkeberatan dengan bimbingan dan penyuluhan yang secara khusus saya berikan kepada para siswa level VI. Menurut mereka bimbingan dan penyuluhan yang secara khusus saya lakukan terlalu dalam dan cenderung mencampuri urusan yang sangat pribadi dan bersifat prifasi. Menurut sebagian orang tua/wali murid, pembimbingan dan penyuluhan yang saya lakukan sudah bersifat mencampuri urusan rumah tangga wali murid.
Padahal menurut pandangan managemen SDIT Nurul Huda terutama saya, bimbingan dan penyuluhan yang saya lakukan masih dalam batas dan koridor tanggungjawab, wewenang, dan tugas saya sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta sebagai wali level VI. Mengingat bimbingan yang saya lakukan masih sebatas memberikan motifasi agara mereka siap mengikuti ujian nasional dan berkenaan dengan akhlaq, kepribadian, dan karakter sholeh dan sholehah.
Keadaan tersebut kemudian berakibat adanya mosi tidak percaya sebagian orangtua/wali murid kepada saya.
Tidak hanya sampai disitu saja, adanya mosi tidak percaya dari sebagian wali murid nampaknya berimbas munculnya konflik diantara para orangtua/wali murid level VI. Sebagian dari mereka ada yang sepakat dan mendukung program yang dilaksanakan oleh sekolah. Namun juga terdapat sebagian dari mereka yang menolak dan berkeberatan atas program yang diselenggarakan oleh sekolah. Yang lebih parah lagi adalah konflik tersebut sudah sampai pada keadaan dan situasi yang mengkhawatirkan rasa sosial dan kebersamaan diantara wali murid cukup terancam.
(Bagian ke tiga)
oleh : Ust. Hari Setiawan
SDIT NURUL HUDA PURBALINGGA, Kamis(2/5/2013)- Ujian Nasional (UN) tingkat SD/MI tinggal empat hari lagi. Telah diinformasikan pada kesempatan yang lalu bahwa Ujian Nasional tingkat SD akan dilaksanakan serempak pada tanggal 6, 7, dan 8 Mei 2013. Sebagai lembaga pendidikan tingkat dasar, SDIT Nurul Huda Purbalingga juga akan menyelenggarakakannya. Sebanyak 20 siswa level VI SDIT Nurul Huda dijadwalkan akan mengikuti ujian tersebut.
Berikut ini kelanjutan catatan saya berkenaan persiapan yang dilakukan menjelang Ujian Nasional dan problematikannya.
Sebagaimana telah saya ceritakan pada bagian ke dua, berbagai masalah dan problematika mulai bermunculan seiring mulai dilaksanakannya berbagai langkah dan program persiapan menuju Ujian Nasional pada tahun pelajaran 2012/2013 di SDIT Nurul Huda Purbalingga.
Masalah pertama yang timbul datang dari para siswa level VI sendiri. Sebagian dari mereka menolak melaksanakan dan mengikuti program yang diselenggarakan oleh sekolah. Akibatnya, terjadi konflik dintara mereka sendiri. Percekcokan, pertengkaran, bahkan beberapa kali terjadi perkelahian diantara mereka. Suasana benar-benar berada dalam situasi yang tidak terlalu kondusif.
Melihat hal tersebut, sebagai wali level VI saya mengambil langkah untuk memberikan motifasi secara khusus dalam bentuk bimbingan dan penyuluhan kepada mereka. Bimbingan dan penyuluhan tersebut dilakukan secara intens dalam setiap harinya. Para siswa level VI satu persatu saya berikan motifasi agar dapat mengikuti program-program pembelajaran yang diselenggarakan. Mereka juga diberi penjelasan sebab-sebab berbagai program tersebut diselenggarakan.
Namun tidak saya duga sebelumnya, bimbingan dan penyuluhan secara khusus kepada para siswa level VI tersebut mengundang reaksi dari sebagian orangtua/wali murid. Sebagian orangtua/wali murid merasa berkeberatan dengan bimbingan dan penyuluhan yang secara khusus saya berikan kepada para siswa level VI. Menurut mereka bimbingan dan penyuluhan yang secara khusus saya lakukan terlalu dalam dan cenderung mencampuri urusan yang sangat pribadi dan bersifat prifasi. Menurut sebagian orang tua/wali murid, pembimbingan dan penyuluhan yang saya lakukan sudah bersifat mencampuri urusan rumah tangga wali murid.
Padahal menurut pandangan managemen SDIT Nurul Huda terutama saya, bimbingan dan penyuluhan yang saya lakukan masih dalam batas dan koridor tanggungjawab, wewenang, dan tugas saya sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta sebagai wali level VI. Mengingat bimbingan yang saya lakukan masih sebatas memberikan motifasi agara mereka siap mengikuti ujian nasional dan berkenaan dengan akhlaq, kepribadian, dan karakter sholeh dan sholehah.
Keadaan tersebut kemudian berakibat adanya mosi tidak percaya sebagian orangtua/wali murid kepada saya.
Tidak hanya sampai disitu saja, adanya mosi tidak percaya dari sebagian wali murid nampaknya berimbas munculnya konflik diantara para orangtua/wali murid level VI. Sebagian dari mereka ada yang sepakat dan mendukung program yang dilaksanakan oleh sekolah. Namun juga terdapat sebagian dari mereka yang menolak dan berkeberatan atas program yang diselenggarakan oleh sekolah. Yang lebih parah lagi adalah konflik tersebut sudah sampai pada keadaan dan situasi yang mengkhawatirkan rasa sosial dan kebersamaan diantara wali murid cukup terancam.
(Bersambung, insya Alloh)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Catatatan Menjelang Ujian Nasional
(Bagian ke empat)
Oleh : Ust. Hari setiawan
SDIT NURUL HUDA PURBALINGGA, Kamis(2/5/2013)- Ujian Nasional memang bukanlah segala-galanya. Artinya ketika siswa tidak mampu untuk memperoleh prestasi yang bagus, bukanlah akhir dari kehidupannya. Banyak terjadi di masyarakat, orang yang kurang berprestasi dalam ujian nasional namun memperoleh keberhasilan dalam kehidupannya. Sebaliknya, tidak sedikit orang yang berprestasi dalam ujian nasional justru mengalami kegagalan dalam kehidupannya.
Namun hal tersebut tidak dapat kita jadikan alasan akan untuk membenarkan sikap tidak bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan siswa agar berhasil dalam mengikuti ujian nasional.
Berikut ini catatan saya sebagai lanjutan dari catatan sebelumnya.
Seperti yang telah saya tulis pada kesempatan terdahulu, dengan dilaksanakannya bimbingan dan penyuluhan khusus kepada siswa level VI SDIT Nurul Huda Purbalingga ternyata disikapi kurang baik dan kurang simpatik oleh beberapa orangtua/wali murid. Sikap kurang baik dan kurang simpatik tersebut diaplikasikan dengan ketidakterimaan mereka dengan program bimbingan dan penyuluhan khusus yang saya laksanakan.
Dampak yang timbul akibat tidak simpatik dan sikap yang kurang baik dari sebagian wali murid adalah terjadinya konflik antar wali murid. Sebagian wali murid mendukung program bimbingan dan penyuluhan itu untuk tetap dilaksanakan dengan alasan program tersebut baik untuk perkembangan pembelajaran anak. Sementara sebagian lain menganggap program bimbingan dan penyuluhan tersebut tidak penting. Menurut mereka pihak sekolah dalam hal ini saya sebagai wali level VI terlalu dalam dalam melakukan pembimbingan dan penyuluhan.
Karena terjadi pro dan kontra terhadap program yang diselenggarakan oleh sekolah, maka saya sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta sebagai wali level VI berkonsultasi kepada Kepala Sekolah Ust. Dirsan mengenai hal tersebut.
Setelah melalui proses penelaahan yang panjang, Kepala SDIT Nurul Huda mengambil kebijakan setiap program yang berkenaan dengan level VI diselenggarakan oleh sekolah bersifat tidak mengikat. Artinya tidak ada kewajiban dari siswa untuk mengikutinya. Hanya bagi mereka yang mau mengikutinya saja tanpa ada unsur paksaan.
Atas kebijakan tersebut maka saya pun mulai melaksanakannya. Semua program yang berkenaan dengan siswa level VI dilaksanakan tidak mengikat. Sehingga dipastikan yang mengikuti program tersebut hanyalah mereka yang mau saja.
Seiring berjalannya kebijakan tersebut, masalah kembali muncul. Kembali sebagian wali murid/orang tua siswa menyampaikan ketidakterimaan atas kebijakan tersebut. Menurut mereka, pihak sekolah dianggap pilih kasih dan hanya mengakomodir sebagian siswa saja. Hal tersebut mereka utarakan dengan alasan hanya sebagian siswa saja yang secara rutin mengikuti program yang diselenggarakan oleh sekolah. Bahkan beberapa kali sebagian wali murid menyampaikan akan melakukan demontrasi dan unjuk rasa atas kebijakan yang diambil oleh sekolah.
Sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta wali level VI tentu saja serba sulit untuk mengambil sikap. Akhirnya dengan berat hati, saya pun untuk pertama kali menyampaikan mengundurkan diri sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta sebagai wali level VI. Bukan hanya itu saja, saya pun akhirnya mengambil langkah untuk tidak mengajar di level VI.
(Bagian ke empat)
Oleh : Ust. Hari setiawan
SDIT NURUL HUDA PURBALINGGA, Kamis(2/5/2013)- Ujian Nasional memang bukanlah segala-galanya. Artinya ketika siswa tidak mampu untuk memperoleh prestasi yang bagus, bukanlah akhir dari kehidupannya. Banyak terjadi di masyarakat, orang yang kurang berprestasi dalam ujian nasional namun memperoleh keberhasilan dalam kehidupannya. Sebaliknya, tidak sedikit orang yang berprestasi dalam ujian nasional justru mengalami kegagalan dalam kehidupannya.
Namun hal tersebut tidak dapat kita jadikan alasan akan untuk membenarkan sikap tidak bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan siswa agar berhasil dalam mengikuti ujian nasional.
Berikut ini catatan saya sebagai lanjutan dari catatan sebelumnya.
Seperti yang telah saya tulis pada kesempatan terdahulu, dengan dilaksanakannya bimbingan dan penyuluhan khusus kepada siswa level VI SDIT Nurul Huda Purbalingga ternyata disikapi kurang baik dan kurang simpatik oleh beberapa orangtua/wali murid. Sikap kurang baik dan kurang simpatik tersebut diaplikasikan dengan ketidakterimaan mereka dengan program bimbingan dan penyuluhan khusus yang saya laksanakan.
Dampak yang timbul akibat tidak simpatik dan sikap yang kurang baik dari sebagian wali murid adalah terjadinya konflik antar wali murid. Sebagian wali murid mendukung program bimbingan dan penyuluhan itu untuk tetap dilaksanakan dengan alasan program tersebut baik untuk perkembangan pembelajaran anak. Sementara sebagian lain menganggap program bimbingan dan penyuluhan tersebut tidak penting. Menurut mereka pihak sekolah dalam hal ini saya sebagai wali level VI terlalu dalam dalam melakukan pembimbingan dan penyuluhan.
Karena terjadi pro dan kontra terhadap program yang diselenggarakan oleh sekolah, maka saya sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta sebagai wali level VI berkonsultasi kepada Kepala Sekolah Ust. Dirsan mengenai hal tersebut.
Setelah melalui proses penelaahan yang panjang, Kepala SDIT Nurul Huda mengambil kebijakan setiap program yang berkenaan dengan level VI diselenggarakan oleh sekolah bersifat tidak mengikat. Artinya tidak ada kewajiban dari siswa untuk mengikutinya. Hanya bagi mereka yang mau mengikutinya saja tanpa ada unsur paksaan.
Atas kebijakan tersebut maka saya pun mulai melaksanakannya. Semua program yang berkenaan dengan siswa level VI dilaksanakan tidak mengikat. Sehingga dipastikan yang mengikuti program tersebut hanyalah mereka yang mau saja.
Seiring berjalannya kebijakan tersebut, masalah kembali muncul. Kembali sebagian wali murid/orang tua siswa menyampaikan ketidakterimaan atas kebijakan tersebut. Menurut mereka, pihak sekolah dianggap pilih kasih dan hanya mengakomodir sebagian siswa saja. Hal tersebut mereka utarakan dengan alasan hanya sebagian siswa saja yang secara rutin mengikuti program yang diselenggarakan oleh sekolah. Bahkan beberapa kali sebagian wali murid menyampaikan akan melakukan demontrasi dan unjuk rasa atas kebijakan yang diambil oleh sekolah.
Sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta wali level VI tentu saja serba sulit untuk mengambil sikap. Akhirnya dengan berat hati, saya pun untuk pertama kali menyampaikan mengundurkan diri sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta sebagai wali level VI. Bukan hanya itu saja, saya pun akhirnya mengambil langkah untuk tidak mengajar di level VI.
(Bersambung, insya Alloh)
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan Menjelang Ujian Nasional
(Bagian ke lima)
Oleh : Ust. Hari Setiawan
SDIT NURUL HUDA PURBALINGGA, Jum'at(3/5/2013)- Sejak hari ini (Jum'at, 3/5/2013) maka Ujian Nasional tingkat SD akan dilaksanakan tiga hari lagi. Termasuk di SDIT Nurul Huda Purbalingga. Sebanyak 20 siswa level VI akan mengikuti Ujian Nasional tingkat SD pada tahun pelajaran 2012/2013.
Berikut ini catatan saya, yang saya tulis sebagai kelanjutan catatan yang telah saya tulis pada kesempatan terdahulu. Sengaja saya tulis catatan ini dengan maksud sebagai ibroh (pelajaran) bagi kita semua. Selamat membaca!
Seiring berjalannya kebijakan baru SDIT Nurul Huda Purbalingga berkenaan dengan program dan langkah persiapan menuju ujian nasional yang dilaksanakan dengan tidak mengikat, munculah kembali permasalahan yang tidak sederhana.
Permasalahan itu datang dari sebagian orangtua/wali murid yang berkeberatan dan tidak terima dengan kebijakan tersebut. Sebagian orangtua/wali murid merasa bahwa anak-anak mereka memiliki hak yang sama, sehingga pihak sekolah diharuskan memberlakukan yang sama. Bahkan, beberapa wali murid level VI menyampaikan akan melakukan unjukrasa dan demonstrasi atas kebijakan yang diambil oleh sekolah.
Selain itu, juga munculah konflik internal antara saya dengan beberapa staf guru yang lain. Yang konflik internal tersebut juga berakibat fatal. Salah satu akibatnya adalah proses pembelajaran dan berbagai program lain khususnya yang seharusnya dilaksanakan untuk level VI menjadi terbengkalai.
Sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan dan wali level VI tentu saja saya merasa sangat dilematis atas sikap dan keadaan yang terjadi. Akhirnya dengan legowo saya pun mengajukan permohonan mengundurkan diri sebagai Waka Kurikulum dan kesiswaan dan sebagai wali level VI kepada managemen SDIT Nurul Huda. Selain itu saya juga mengajukan permohonan untuk tidak mengajar di level VI.
Keadaan semakin genting, managemen SDIT Nurul Huda pun berada dalam posisi yang dilematis dan serba sulit. Sehingga permohonan pengunduran diri saya tidak dapat langsung disikapi dengan cepat.
Keadaan tersebut berlangsung selama hampir empat bulan lamanya. Kalau dihitung awal mulai konflik terjadi pada awal bulan September 2012 sampai pertengahan bulan Januari 2013.
Dirasakan situasi dan kondisi yang semakin tidak kondusif akibat berbagai konflik yang terjadi, akhirnya disikapi oleh Forum Komunikasi Wali Murid SDIT Nurul Huda dengan serius. Melalui ketuanya Bapak Mukhtarom, Forum Komunikasi Wali Murid berupaya memediasi berbagai pihak yang berkonflik untuk segera mengakhiri konflik tersebut.
Pada tanggal 17 Januari 2013, Forum Komunikasi Wali Murid akhirnya memediasi pihak-pihak yang berkonflik dengan mempertemukan mereka dalam satu pertemuan khusus. Dalam pertemuan itu disepakati berbagai hal. Salah satu kesepakannya adalah saya tidak diperkenankanya untuk mengundurkan diri sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta wali level VI. Melalui pertemuan yang cukup panjang itu, akhirnya pihak-pihak yang bertikai pun berhasil didamaikan. Berbagai program dan langkah kembali dijalankan.
(Bersambung, insya Alloh)
(Bagian ke lima)
Oleh : Ust. Hari Setiawan
SDIT NURUL HUDA PURBALINGGA, Jum'at(3/5/2013)- Sejak hari ini (Jum'at, 3/5/2013) maka Ujian Nasional tingkat SD akan dilaksanakan tiga hari lagi. Termasuk di SDIT Nurul Huda Purbalingga. Sebanyak 20 siswa level VI akan mengikuti Ujian Nasional tingkat SD pada tahun pelajaran 2012/2013.
Berikut ini catatan saya, yang saya tulis sebagai kelanjutan catatan yang telah saya tulis pada kesempatan terdahulu. Sengaja saya tulis catatan ini dengan maksud sebagai ibroh (pelajaran) bagi kita semua. Selamat membaca!
Seiring berjalannya kebijakan baru SDIT Nurul Huda Purbalingga berkenaan dengan program dan langkah persiapan menuju ujian nasional yang dilaksanakan dengan tidak mengikat, munculah kembali permasalahan yang tidak sederhana.
Permasalahan itu datang dari sebagian orangtua/wali murid yang berkeberatan dan tidak terima dengan kebijakan tersebut. Sebagian orangtua/wali murid merasa bahwa anak-anak mereka memiliki hak yang sama, sehingga pihak sekolah diharuskan memberlakukan yang sama. Bahkan, beberapa wali murid level VI menyampaikan akan melakukan unjukrasa dan demonstrasi atas kebijakan yang diambil oleh sekolah.
Selain itu, juga munculah konflik internal antara saya dengan beberapa staf guru yang lain. Yang konflik internal tersebut juga berakibat fatal. Salah satu akibatnya adalah proses pembelajaran dan berbagai program lain khususnya yang seharusnya dilaksanakan untuk level VI menjadi terbengkalai.
Sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan dan wali level VI tentu saja saya merasa sangat dilematis atas sikap dan keadaan yang terjadi. Akhirnya dengan legowo saya pun mengajukan permohonan mengundurkan diri sebagai Waka Kurikulum dan kesiswaan dan sebagai wali level VI kepada managemen SDIT Nurul Huda. Selain itu saya juga mengajukan permohonan untuk tidak mengajar di level VI.
Keadaan semakin genting, managemen SDIT Nurul Huda pun berada dalam posisi yang dilematis dan serba sulit. Sehingga permohonan pengunduran diri saya tidak dapat langsung disikapi dengan cepat.
Keadaan tersebut berlangsung selama hampir empat bulan lamanya. Kalau dihitung awal mulai konflik terjadi pada awal bulan September 2012 sampai pertengahan bulan Januari 2013.
Dirasakan situasi dan kondisi yang semakin tidak kondusif akibat berbagai konflik yang terjadi, akhirnya disikapi oleh Forum Komunikasi Wali Murid SDIT Nurul Huda dengan serius. Melalui ketuanya Bapak Mukhtarom, Forum Komunikasi Wali Murid berupaya memediasi berbagai pihak yang berkonflik untuk segera mengakhiri konflik tersebut.
Pada tanggal 17 Januari 2013, Forum Komunikasi Wali Murid akhirnya memediasi pihak-pihak yang berkonflik dengan mempertemukan mereka dalam satu pertemuan khusus. Dalam pertemuan itu disepakati berbagai hal. Salah satu kesepakannya adalah saya tidak diperkenankanya untuk mengundurkan diri sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta wali level VI. Melalui pertemuan yang cukup panjang itu, akhirnya pihak-pihak yang bertikai pun berhasil didamaikan. Berbagai program dan langkah kembali dijalankan.
(Bersambung, insya Alloh)
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan Menjelang Ujian Nasional
(Bagian ke enam)
Oleh : Ust. Hari Setiawan
SDIT NURUL HUDA PURBALINGGA, Jum'at (3/5/2013)- Permasalahan dan problematika yang terjadi dalam rentan waktu kurang lebih satu tahun terakhir ini, khususnya yang terjadi dan menimpa level VI benar-benar melelahkan. Bagaimana tidak melelahkan, waktu, tenaga, pikiran, bahkan finansial terkuras untuk menyelesaikan problematika yang sebagian besar dalam bentuk konflik.
Berikut ini kelanjutan catatan saya yang sengaja saya tulis sebagai bahan evaluasi agar di masa yang akan datang tidak terulang kembali.
============================== ==========================================
Untuk menyelesaiakan barbagai konflik yang terjadi, Forum Komunikasi Wali Murid Level VI SDIT Nurul Huda melalui ketuanya Bapak Mukhtarom berupaya memediasi pihak-pihak yang berkonflik. Salah satu upaya mediasi yang dilakukan adalah dengan melaksanakan rapat dan pertemuan khusus yang mempertemukan pihak-pihak yang berkonflik pada tanggal 17 Januari 2013 pukul 13.00-15.00 yang bertempat di ruang prestasi belajar level VI.
Dalam pertemuan mediasi tersebut menghasilkan kesepakatan antara lain :
1. Segenap wali murid level VI mengerti dan menyadari sepenuhnya bahwa langkah-langkah yang diambil oleh sekolah dan dilaksanakan merupakan bentuk tanggungjawab sekolah dalam mengemban amanah yang diberikan oleh orangtua/wali murid.
2. Saudara Hari Setiawan diharapkan untuk tidak mengundurkan diri sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta wali level VI. Selanjutnya kepadanya diharapkan melanjutkan kembali tugas dan kewenangannya.
Dengan kesepakatan tersebut konflik antara saya dengan orangtua/wali murid akhirnya dapat terselesaikan dengan damai. Namun perlu digaris bawahi bahwa pertemuan mediasi tersebut hanya menyelesaikan konflik antara saya dengan orangtua/wali murid. Konflik yang terjadi antara saya dengan beberapa staf guru masih terjadi dan belum terselesaikan.
Oleh karena itu, managemen sekolah melalui Kepala SDIT Nurul Huda Ust. Dirsan segera mengambil langkah untuk menyelesaikan konflik internal tersebut. Langkah yang dilakukan adalah mempertemukan saya dengan beberapa staf guru yang berkonflik.
Akhirnya dalam pertemuan tersebut disepakati antara saya dan beberapa staf guru yang bertikai untuk berdamai dan mengakhiri konflik.
Situasi dan kondisi kembali kondusif. Sayapun kembali mengemban dan melaksanakan amanah dan tugas saya sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta wali level VI. Selain itu saya juga kembali mengampu beberapa mata pembelajaran di level VI.
Berbagai program dan langkah dalam upaya menyiapkan para siswa level VI untuk mengikuti ujian nasioanal kembali dijalankan. Para siswa level VI yang beberapa waktu lamanya menolak, kali ini mulai menerima dan dengan bersemangat mengikuti setiap program yang diselenggarakan.
Hanya saja, disaat para siswa level VI mulai merasa nyaman dan terbiasa dalam mengikuti setiap program yang diselenggarakan, kembali timbul permasalahan. Permasalahan kali ini datang dari orang yang tidak bertanggungjawab yang melakukan aksi teror. Aksi teror tersebut dilakukan dalam bentuk pelemparan batu ke dalam ruang belajar siswa di saat para siswa sedang beraktifitas belajar. Pelemparan dilakukan sampai beberapa kali. Bukan hanya ruang belajar siswa saja, ruang kantor staf guru juga mengalami kejadian serupa.
Tidak hanya hanya itu, teror juga dilakukan oleh orang yang tidak bertanggungjawab dalam bentuk perusakan beberapa barang milik pribadi saya.
(Bersambung, insya Alloh)
(Bagian ke enam)
Oleh : Ust. Hari Setiawan
SDIT NURUL HUDA PURBALINGGA, Jum'at (3/5/2013)- Permasalahan dan problematika yang terjadi dalam rentan waktu kurang lebih satu tahun terakhir ini, khususnya yang terjadi dan menimpa level VI benar-benar melelahkan. Bagaimana tidak melelahkan, waktu, tenaga, pikiran, bahkan finansial terkuras untuk menyelesaikan problematika yang sebagian besar dalam bentuk konflik.
Berikut ini kelanjutan catatan saya yang sengaja saya tulis sebagai bahan evaluasi agar di masa yang akan datang tidak terulang kembali.
==============================
Untuk menyelesaiakan barbagai konflik yang terjadi, Forum Komunikasi Wali Murid Level VI SDIT Nurul Huda melalui ketuanya Bapak Mukhtarom berupaya memediasi pihak-pihak yang berkonflik. Salah satu upaya mediasi yang dilakukan adalah dengan melaksanakan rapat dan pertemuan khusus yang mempertemukan pihak-pihak yang berkonflik pada tanggal 17 Januari 2013 pukul 13.00-15.00 yang bertempat di ruang prestasi belajar level VI.
Dalam pertemuan mediasi tersebut menghasilkan kesepakatan antara lain :
1. Segenap wali murid level VI mengerti dan menyadari sepenuhnya bahwa langkah-langkah yang diambil oleh sekolah dan dilaksanakan merupakan bentuk tanggungjawab sekolah dalam mengemban amanah yang diberikan oleh orangtua/wali murid.
2. Saudara Hari Setiawan diharapkan untuk tidak mengundurkan diri sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta wali level VI. Selanjutnya kepadanya diharapkan melanjutkan kembali tugas dan kewenangannya.
Dengan kesepakatan tersebut konflik antara saya dengan orangtua/wali murid akhirnya dapat terselesaikan dengan damai. Namun perlu digaris bawahi bahwa pertemuan mediasi tersebut hanya menyelesaikan konflik antara saya dengan orangtua/wali murid. Konflik yang terjadi antara saya dengan beberapa staf guru masih terjadi dan belum terselesaikan.
Oleh karena itu, managemen sekolah melalui Kepala SDIT Nurul Huda Ust. Dirsan segera mengambil langkah untuk menyelesaikan konflik internal tersebut. Langkah yang dilakukan adalah mempertemukan saya dengan beberapa staf guru yang berkonflik.
Akhirnya dalam pertemuan tersebut disepakati antara saya dan beberapa staf guru yang bertikai untuk berdamai dan mengakhiri konflik.
Situasi dan kondisi kembali kondusif. Sayapun kembali mengemban dan melaksanakan amanah dan tugas saya sebagai Waka Kurikulum dan Kesiswaan serta wali level VI. Selain itu saya juga kembali mengampu beberapa mata pembelajaran di level VI.
Berbagai program dan langkah dalam upaya menyiapkan para siswa level VI untuk mengikuti ujian nasioanal kembali dijalankan. Para siswa level VI yang beberapa waktu lamanya menolak, kali ini mulai menerima dan dengan bersemangat mengikuti setiap program yang diselenggarakan.
Hanya saja, disaat para siswa level VI mulai merasa nyaman dan terbiasa dalam mengikuti setiap program yang diselenggarakan, kembali timbul permasalahan. Permasalahan kali ini datang dari orang yang tidak bertanggungjawab yang melakukan aksi teror. Aksi teror tersebut dilakukan dalam bentuk pelemparan batu ke dalam ruang belajar siswa di saat para siswa sedang beraktifitas belajar. Pelemparan dilakukan sampai beberapa kali. Bukan hanya ruang belajar siswa saja, ruang kantor staf guru juga mengalami kejadian serupa.
Tidak hanya hanya itu, teror juga dilakukan oleh orang yang tidak bertanggungjawab dalam bentuk perusakan beberapa barang milik pribadi saya.
(Bersambung, insya Alloh)
0 comments:
Post a Comment